AyoSawit.com - 4 Langkah Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) kumbang tanduk pada areal replanting yaitu :
1. Pengendalian kultur teknis
Beberapa model pengendalian kultur teknis yang dapat diaplikasikan yakni sanitasi dan pengikatan pelepah bibit saat dipindahkan. Aplikasi metode ini bersamaan dengan beberapa kegiatan agronomi sehingga menghemat biaya dan waktu. Sanitasi adalah metode pengendalian yang efektif untuk memutus siklus hidup kumbang tanduk. Batang kelapa sawit yang membusuk merupakan habitat yang cocok untuk kumbang tanduk. Batang yang masih tegak di robohkan kemudian dicacah. Batang yang membusuk dibelah sehingga terpapar sinar matahari. Larva kumbang tanduk tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pengendalian kultur teknis lain yang dapat dilakukan adalah mengikat pelepah saat bibit yang baru dipindahkan ke lahan. Pengendalian ini akan mempersulit kumbang tanduk untuk mencapai titik tumbuh.
2. Pengendalian mekanik
Metode pengendalian secara langsung kontak dengan hama sasaran menggunakan alat atau perangkap. Imago kumbang tanduk yang bersarang pada pelepah bekas serangan akan memudahkan untuk membunuh secara langsung. Alat sederhana yang dapat digunakan berupa pengait besi terbuat dari jari-jari sepeda yang diruncingkan kemudian dibengkokan pada bagian ujung. Model berikutnya yang dapat dilakukan adalah memungut larva yang terdapat pada batang yang sudah melapuk. Pada satu batang yang melapuk terdapat 12-42 larva. Jika dalam satu kafling terdapat 250 batang berarti total larva yang dapat dikumpulkan dan dibunuh sebanyak 3000-10.500 larva.
3. Pengendalian hayati
Agens hayati potensial digunakan yakni jamur M. anisopliae dan Baculovirus. Kedua agens hayati tersebut diisolasi dari rhizosfir kelapa sawit atau larva kumbang tanduk yang terinfeksi. Untuk memudahkan pengumpulan larva yang terinfeksi M. anisopliae dan Baculovirus dibuat lubang jebakan sebanyak 6 petak/ha. Masing-masing lubang jebakan dibuat dengan ukuran 0.5 m2 x 0.5 m2 x 0.5 m2 dan kedalam lubang tersebut dimasukkan kotoran sapi. Setelah lubang diisi dengan kotoran sapi berikut lubang ditutup dengan pelepah daun kelapa sawit dan lubang diinkubasi selama 1 bulan. Berikutnya dikumpulkan larva-larva yang terinfeksi M. anisopliae dan Baculovirus. Larva yang terinfeksi diblender kemudian dibuat suspensi sehingga dapat digunakan secara langsung atau disimpan.
4. Pengendalian semiokimia
Alat PHT terakhir yang potensial diaplikasikan adalah pengendalian semiokimia menggunakan feromon. Feromon dapat menarik imago jantan dan betina kumbang tanduk pada radius ±2 ha. Kumbang tanduk dapat dikendalikan dengan feromon agregasi sintetik. Senyawa utama feromon agregasi sintetik tersebut adalah Etil4-metil Oktanoate yang dibuat meniru feromon asli yang dikeluarkan kumbang jantan. Penggunaan feromon dikombinasikan dengan perangkap yang disebut ferotrap. Perangkan sederhana tapi efektif terbuat ember plastik volume 25 liter. Selain menggunakan ember, ferotrap juga bisa dibuat menggunakan pipa PVS diameter 5 sampai 6 inci