Penyakit G. boninense pada tanaman kelapa sawit dapat dikendalikan dengan menerapkan berbagai komponen pengendalian yang telah tersedia saat ini. Aplikasinya secara terpadu dan berkelanjutan dapat memberi hasil pengendalian yang lebih baik.
Kimiawi
Berdasarkan laju infeksi penyakit G. boninense yang semakin cepat, biologi G. boninense, dan pengalaman pengendalian yang pernah dilakukan, maka pengendalian untuk mengurangi laju infeksi penyakit G. boninense yang paling berpeluang baik untuk berhasil adalah pengendalian terpadu melalui pemanfaatan lubang tanam besar, pengendalian hayati (Trichoderma sp.), dan penggunaan kelapa sawit toleran (Susanto, 2002).
Alasan yang digunakan untuk menjawab mengapa mengurangi laju infeksi penyakit G. boninense menggunakan lubang tanam besar dan aplikasi Trichoderma sp. adalah bahwa sumber inokulum G. boninense dalam bentuk akar kelapa sawit sudah dibuang keluar karena perakaran kelapa sawit yang sebenarnya hanya sekitar 80 cm serta akar kelapa sawit yang mungkin masih tersisa atau yang ada didinding lubang tanam akan dihancurkan oleh agensia hayati Trichoderma sp.
Hal ini jelas akan memperlambat kontak akar serat mengurangi peluang kontak akar kelapa sawit tersebut. Seperti telah kita ketahui bahwa sumber-sumber infeksi potensi yang berasal dari tegakan tua adalah berupa jaringan-jaringan akar padat, tunggal atau bowl, dan batang (Flood et al. 2000)
BUDIDAYA KELAPA SAWIT, PALM OIL NEWS, PALM OIL INDONESIA, PALM OIL INDUSTRY, PALM KERNEL OIL, PALM OIL PRICE INDONESIA, CRUDE PALM OIL INDONESIA
--- ayo sawit ---
--- ayo sawit ---